Pada PILKADA 2013 akan terjadi persaingan
pasangan ASWAJA Drs Amin Said
Husni-Salwa Arifin yang pada pilkada sebelumnya sempat bersaing dengan kubu
berbeda, dan pasangan HARISMA H Haris
Son Hoji,ST.MM-Drs Harimas,selain itu rumor yang berkembang semakin banyak
calon yang akan maju melalui jalur Independent. Pasangan Ludfi Bahtiar dan
Saiful Rizal,dan masih banyak nama lainnya yang mencuat kepermukaan seperti Eka
Ristri,H.Imam Barmawi Burhan,Suroso dan Nety .Yang menjadi pertanyaan siapakah
yang akan memenangka perhelatan akbar ini nantinya? Siapapun orangnya tak jadi
soal,asal bias membawa Bondowoso kearah yang lebih baik
Banyak alasan yang melatar belakangi seseorang menjatuhkan pilihan kepada salah satu kandidat. Ada yang memilih karena alasan sederhana, misal karena ketampanan. Ada juga yang memilih karna janji-janji. Bahkan ada juga yang memilih hanya karna 1 kg gula gratis.
Bagaimana dengan pilihan atas dasar visi dan misi? Sedikit. Buktinya, selebaran yang bertuliskan visi dan misi kandidat beserta uraiannya banyak dijumpai di pasar-pasar, dipakai untuk membungkus cabe dan bawang, bukan untuk dibaca dan dipahami.
Kondisi
ini mestinya bisa menjadi pembelajaran bagi para kandidat. Ternyata visi misi
itu tidak perlu diuraikan dalam bentuk tulisan yang ilmiah dan panjang lebar,
cukup dengan kata-kata sederhana yang mudah dicerna oleh masyarakat gampong.,
khususnya untuk saat ini.
“Pak,calonan besok milih siapa…?”
“ya..kalau saya mah milih yang bisa berjuang..”
“Berjuang bagaimana Pak..?”
“Beras-Baju-dan Uang (Berjuang)”
Ironis memang,negeri penganut sistem demokrasi ini,dalam pelaksanaanya selalu dikotori dengan cara-cara yang tidak baik. Money politik kini tidak hanya terjadi ditingkat pemerintahan pusat,tapi sudah sampai dipelosok daerah yang jauh dari pusat pemerintahan.
Sudah tidak asing memang,bahkan pelakunya tidak lagi sembunyi-sembunyi tapi sudah berani terang-terangan.Baik lewat sumbangan sarana prasarana,perbaikan jalan,renovasi sarana sosial,sampai masing-masing individu menerima uang “panas”, dengan syarat memberikan suaranya pada ajang pemilihan dan pemungutan suara.
Ajang Pemilihan Kepala Desapun merupakan ladang empuk,bahkan untuk siap menyalonkan diri sebagai kepala desa,harus menyiapkan modal sampai ratusan juta.Jika tidak punya modal banyak,maka akan dengan senang hati berhutang sana-sini.Jika terpilih menjadi Kepala Desa,maka praktis akan mencari sumber untuk menutup lubang hutang yang sudah menganga
Jika tidak terpilih maka,siap-siap saja miskin mendadak dan stress penuh tekanan.
Sampai kapanpun Money Politik tetap akan menjadi budaya yang akan terus berurat akar di demokrasi negeri ini. Hingga,sampai sistem demokrasi itu sendiri harus di akhiri,atau diganti dengan sistem pemerintahan yang lain.
Money Politik adalah sisi gelap,seperti dua sisi mata uang yang akan menghiasi setiap perjalanan sistem pemerintahan demokrasi.Adalah sebuah keniscayaan setiap kebaikan akan selalu bersanding dengan keburukan,sedang kejujuran adalah lawan dari kecurangan.Tanpa kecurangan,kita tidak tahu mana yang jujur.Dan tanpa kebaikan yang terus bersinergi kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang bermartabat.
"Hampir tidak ada janji yang ditepati, kecuali hanya di kata-kata saja," ujar pengamat kebijakan publik, Andrinof Chaniago. Contohnya, ungkap dia, adalah klaim mengenai pendidikan gratis 12 tahun. Fakta dan data di lapangan justeru menunjukkan bahwa biaya pendidikan khususnya sumbangan gedung, buku, dan lain-lain memberatkan masyarakat.Semoga ini tak terjadi ditempat kita.
Itinya kita kalau ingin lebih baik "Harus memilih dengan akal sehat," tak hanya karena janji yang belum tentu bisa ditepati.
Aku berharap pada PILKADA mendatang
muncul sosok calon kepala daerah yang mempunyai karakter kepemimpinan yang kuat
untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik . Pemimpin yang seharusnya
terbentuk dalam demokrasi adalah pemimpin yang mampu mengonsolidasikan sumber
daya untuk mencapai kekuasaan.
Di samping itu pemimpin harus mempunyai
seni memimpin tak hanya sekedar pencitraan. Pemimpin mendatang harus merakyat,
bertindak nyata, kaya terobosan, dan jauh dari pencitraan semata. Harus mampu
menyatu dan mendengarkan aspirasi dan keinginan rakyat tidak hanya disaat
menjelang PILKADA .Karena rakyatlah yang memilih.
Ketika
kesempatan menjadi pemimpin
tiba, setiap orang ingin menjadi pemimpin
yang terbaik dan dicintai oleh bawahan atau anggotanya. Kata terbaik
bisa diartikan macam-macam oleh tiap orang, bahkan ada yang mengartikan
pemimpin terbaik adalah pemimpin yang selalu dipatuhi anak buahnya.
Memilih pemimpin yang sempurna tidaklah gampang.Karena tak ada yang sempurna
didunia ini Bertambah sulit karena mayoritas rakyat hanya mengenal calon
melalui spanduk, baliho dan stiker-stiker atau iklan yang beredar selama masa
kampanye.Banyak alasan yang melatar belakangi seseorang menjatuhkan pilihan kepada salah satu kandidat. Ada yang memilih karena alasan sederhana, misal karena ketampanan. Ada juga yang memilih karna janji-janji. Bahkan ada juga yang memilih hanya karna 1 kg gula gratis.
Bagaimana dengan pilihan atas dasar visi dan misi? Sedikit. Buktinya, selebaran yang bertuliskan visi dan misi kandidat beserta uraiannya banyak dijumpai di pasar-pasar, dipakai untuk membungkus cabe dan bawang, bukan untuk dibaca dan dipahami.
Kondisi
ini mestinya bisa menjadi pembelajaran bagi para kandidat. Ternyata visi misi
itu tidak perlu diuraikan dalam bentuk tulisan yang ilmiah dan panjang lebar,
cukup dengan kata-kata sederhana yang mudah dicerna oleh masyarakat gampong.,
khususnya untuk saat ini.
Sepintas cara penyampaian visi misi secara sederhana terkesan kecil dan remeh
sehingga cenderung diabaikan oleh kandidat yang berasal dari kelas menengah ke
atas atau yang sering menyebut dirinya kelompok pintar.
Biasanya sesuatu yang dianggap kecil oleh kelompok pintar bisa jadi akan
menjadi penentu kemenangan bagi kelompok yang dianggap bodoh. Tidak
mengherankan ketika hari pemungutan suara berakhir dan penghitungan suara usai
dilakukan justru yang tampil sebagai juara tetap saja kandidat yang berasal dari
kelompok yang awalnya dianggap bodoh. Katakanlah kelompok yang selama ini
dipersepsikan bodoh oleh sebahagian orang yang mengaku pintar adalah kandidat
yang berasal dari Partai 1
Bisa jadi 1 bodoh dimata orang yang mengaku pintar. Sama seperti dulu, saat 1
masih sebagai Orang kebanyakan. Tapi dalam politik saat ini ternyata cara yang dianggap bodoh
justru mampu menghasilkan sesuatu gerakan bersama yang kini hasilnya dinikmati
oleh semua, termasuk mereka yang mengaku pintar.
Saya juga menduga pilkada kali ini akan dimenangkan oleh kandidat yang tampil
dengan cara sederhana, berkarisma, dan santun serta menjadikan keteladanan
sebagai media dalam mengkomunikasikan visi dan misinya. Sesuatu yang cocok
dengan nalar masyarakat umum Siapa
kandidat itu? Dialah yang memiliki 4 karakter berikut.
Pertama, dia adalah yang secara tegas menyatakan visi misinya secara sederhana.
Misalnya Visi ini hanya dalam satu
tarikan nafas. Siapapun tahu, Itulah mimpi tertinggi yang bisa dicapai oleh
kita Lebih dari itu tidak mungkin alias cet langet. Janji kosong alias janji
manis belaka dimusim pilkada.
Kedua, sosok yang kala dilihat memancar kharisma. Ungkapan kharisma di
masyarakat bisa saja muncul dalam kalimat polos seperti "duh,
tampannya," atau "hmmm wibawa." Sosok yang nyaris tak ada yang
tidak mengenalnya. Kalau meminjam kata penyanyi Syahrini, sosok "sesuatu,
ya." Disebut sesuatu karena lidah tidak cukup untuk menggambar dengan
utuh, dan selalu ada yang "lebih" dari sosok yang dimaksud. .
Mungkin sesuatu itulah yang dimaksud
sebagai karisma, yaitu sifat tertentu dari seseorang yang membedakan
mereka dari orang kebanyakan dan biasa dipandang sebagai kemampuan atau
kualitas. Hal ini benar karena di masyarakat sosok itulah yang ada dihati dan
terekam dalam ingatan yang sangat mungkin menjadi penuntun saat berada di bilik
suara nanti.
Sosok yang berkarisma itu bisa jadi juga tampil dalam karakter yang lemah
lembut, penuh santun. Mengayomi . Kita memang butuh pemimpin yang menjadi sosok
ureungtuha yang tidak sekedar idaman semata tapi juga membimbing dan
melindungi ibarat sebuah rumah besar
yang punya sosok ayah, sosok ibu, sosok abang bagi semua anggota keluarga.
Ketiga, dialah sosok yang membuka diri dengan semua orang dan senantiasa
bermusyawarah. Terbuka artinya bersedia menjalin kerjasama dengan semua pihak
dan tidak menjadikan dendam masa lalu sebagai halangan, dan senantiasa
bermusyawarah untuk keperluan bersama.
Sosok yang beginilah yang paham bahwa salah satu ciri-ciri pemimpin yang bijak
adalah pemimpin yang menjadikan musyawarah sebagai media untuk menjaring
pendapat untuk menghasilkan kebijakan yang sesuai dengan kemauan rakyat. Bukan
sosok yang antipati, menolak bertemu untuk musyawarah dan keluar dari jamaah
kala tiada lagi bersepakat. Seperti yang telah Allah perintahkan kepada
Rasulullah dalam (Q.S.Ali Imran 3:159).
Rasulullah tidak menetapkan sebuah keputusan, kecuali telah dimusyawarahkan
dengan para sahabat. Rasulullah menganggap bahwa keluar dari jamaah dan
kesepakatan yang telah terbentuk dalam musyawarah, dan mengganti pendapat
pribadinya adalah bentuk kemurtadan jahiliyah. Beliu bersabda: ”Barang siapa
keluar dari ketaatan, dan memisahkan diri dari jamaah, kemudian ia mati, maka
ia mati jahiliyah, ”.
Keempat, dialah sosok yang menjadikan teladan sebagai media komunikasinya.
Teladan bukan sekedar contoh retorik tetapi mempraktekkan keteladanan yang
dimulai dari pribadi. Ahli komunikasi modern menganggap suri teladan sebagai
media komunikasi yang efektif guna mempopulerkan sebuah pemikiran atau produk
baru, tanpa harus mengeluarkan tenaga ekstra.
Sungguh, testimonial seorang tokoh atas sesuatu merupakan "iklan"
yang menarik untuk mengkomunikasikannya kepada masyarakat. Hal ini dikerenakan
masyarakat cenderung mengikuti seorang figure yang memberikan teladan dan
panutan dalam kehidupan mereka, baik untuk mengikuti, atau meninggalkan
sesuatu.
Jika keempat karakter atau ciri tersebut kita cocokkan dengan kandidat yang ada,sudahkah mampu mewakili 4
karakter tersebut? Selain itu masih banyak yang harus dipertimbangkan dalam
memilih pemimpin,jika kita ingin lebih baik tak sekedar Money Politik
Visioner
Pemimpin punya pemahaman yang jelas tentang mau dibawa ke mana organisasinya dan memiliki strategi yang jelas untuk mencapainya.
Berkomunikasi dengan baik
Pemimpin yang baik bisa memastikan pesan yang disampaikannya diterima oleh setiap orang dalam organisasi dengan persepsi yang sama dan jelas.
Bersahabat dan membumi
Kemampuan seseorang untuk menjadi teman yang menyenangkan akan membantu seorang pemimpin untuk membangun relasi dan mengembangkan semangat tim yang baik.
Membuat orang lain melakukannya
Disebut pemimpin karena dia memimpin, dan pekerja disebut demikian karena dia bekerja. Pemimpin yang baik mampu mendorong orang lain untuk melakukan tugasnya, dan bukan melakukan sendiri semua tugas-tugas itu.
Paham tentang bidang yang digeluti
Tidak hanya sekedar visioner dengan strategi dan arah yang jelas, pemimpin yang baik paham benar seluk beluk, kekurangan dan kelebihan, risiko serta segala hal tentang bidang yang digeluti.
Jadi panutan
Pemimpin berada di garis depan dan memberikan pengaruh yang baik bagi yang dipimpinnya. Dalam segala hal dirinya mampu menjadi teladan.
Mudah untuk dinilai
Berubah-ubah sikap untuk menyamarkan citra diri yang sesungguhnya, ini bukan sikap pemimpin yang baik. Seorang pemimpin mengambil sikap yang jelas tentang bagaimana dia akan mendengarkan, menyampaikan sesuatu, melihat dan menilai sesuatu, serta konsisten dengan sikapnya itu.
Memiliki kharisma
Beriringan dengan citra dan kemampuan berkomunikasi yang baik, pemimpin yang baik memiliki sesuatu yang istimewa di dalam dirinya yang membuat orang lain pun merasakannya.
Sangat tekun
Tidak cukup hanya punya skill, pemimpin yang baik sangat tekun dalam pencapaian tujuan dan visi yang telah ditetapkan. Pemimpin bisa sangat kejam untuk itu, namun pemimpin yang baik melakukannya dengan cara yang sangat bersahabat.
Penuh semangat
Pemimpin yang baik membawa energi yang sangat besar bagi bawahannya, dan selalu ada semangat yang dikobarkan dalam setiap tugas yang diberikan, dalam setiap bidang yang ditangani
Pemimpin punya pemahaman yang jelas tentang mau dibawa ke mana organisasinya dan memiliki strategi yang jelas untuk mencapainya.
Berkomunikasi dengan baik
Pemimpin yang baik bisa memastikan pesan yang disampaikannya diterima oleh setiap orang dalam organisasi dengan persepsi yang sama dan jelas.
Bersahabat dan membumi
Kemampuan seseorang untuk menjadi teman yang menyenangkan akan membantu seorang pemimpin untuk membangun relasi dan mengembangkan semangat tim yang baik.
Membuat orang lain melakukannya
Disebut pemimpin karena dia memimpin, dan pekerja disebut demikian karena dia bekerja. Pemimpin yang baik mampu mendorong orang lain untuk melakukan tugasnya, dan bukan melakukan sendiri semua tugas-tugas itu.
Paham tentang bidang yang digeluti
Tidak hanya sekedar visioner dengan strategi dan arah yang jelas, pemimpin yang baik paham benar seluk beluk, kekurangan dan kelebihan, risiko serta segala hal tentang bidang yang digeluti.
Jadi panutan
Pemimpin berada di garis depan dan memberikan pengaruh yang baik bagi yang dipimpinnya. Dalam segala hal dirinya mampu menjadi teladan.
Mudah untuk dinilai
Berubah-ubah sikap untuk menyamarkan citra diri yang sesungguhnya, ini bukan sikap pemimpin yang baik. Seorang pemimpin mengambil sikap yang jelas tentang bagaimana dia akan mendengarkan, menyampaikan sesuatu, melihat dan menilai sesuatu, serta konsisten dengan sikapnya itu.
Memiliki kharisma
Beriringan dengan citra dan kemampuan berkomunikasi yang baik, pemimpin yang baik memiliki sesuatu yang istimewa di dalam dirinya yang membuat orang lain pun merasakannya.
Sangat tekun
Tidak cukup hanya punya skill, pemimpin yang baik sangat tekun dalam pencapaian tujuan dan visi yang telah ditetapkan. Pemimpin bisa sangat kejam untuk itu, namun pemimpin yang baik melakukannya dengan cara yang sangat bersahabat.
Penuh semangat
Pemimpin yang baik membawa energi yang sangat besar bagi bawahannya, dan selalu ada semangat yang dikobarkan dalam setiap tugas yang diberikan, dalam setiap bidang yang ditangani
Kita tinggalkan hal yang membuat kita semakin rugi
“Mau Calon sebaik
Malaikat-pun,kalau ga ada duit ga bakalan Jadi“
Dialog sederhana menjelang pemilihan
.“Pak,calonan besok milih siapa…?”
“ya..kalau saya mah milih yang bisa berjuang..”
“Berjuang bagaimana Pak..?”
“Beras-Baju-dan Uang (Berjuang)”
Ironis memang,negeri penganut sistem demokrasi ini,dalam pelaksanaanya selalu dikotori dengan cara-cara yang tidak baik. Money politik kini tidak hanya terjadi ditingkat pemerintahan pusat,tapi sudah sampai dipelosok daerah yang jauh dari pusat pemerintahan.
Sudah tidak asing memang,bahkan pelakunya tidak lagi sembunyi-sembunyi tapi sudah berani terang-terangan.Baik lewat sumbangan sarana prasarana,perbaikan jalan,renovasi sarana sosial,sampai masing-masing individu menerima uang “panas”, dengan syarat memberikan suaranya pada ajang pemilihan dan pemungutan suara.
Ajang Pemilihan Kepala Desapun merupakan ladang empuk,bahkan untuk siap menyalonkan diri sebagai kepala desa,harus menyiapkan modal sampai ratusan juta.Jika tidak punya modal banyak,maka akan dengan senang hati berhutang sana-sini.Jika terpilih menjadi Kepala Desa,maka praktis akan mencari sumber untuk menutup lubang hutang yang sudah menganga
Jika tidak terpilih maka,siap-siap saja miskin mendadak dan stress penuh tekanan.
Sampai kapanpun Money Politik tetap akan menjadi budaya yang akan terus berurat akar di demokrasi negeri ini. Hingga,sampai sistem demokrasi itu sendiri harus di akhiri,atau diganti dengan sistem pemerintahan yang lain.
Money Politik adalah sisi gelap,seperti dua sisi mata uang yang akan menghiasi setiap perjalanan sistem pemerintahan demokrasi.Adalah sebuah keniscayaan setiap kebaikan akan selalu bersanding dengan keburukan,sedang kejujuran adalah lawan dari kecurangan.Tanpa kecurangan,kita tidak tahu mana yang jujur.Dan tanpa kebaikan yang terus bersinergi kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang bermartabat.
"Hampir tidak ada janji yang ditepati, kecuali hanya di kata-kata saja," ujar pengamat kebijakan publik, Andrinof Chaniago. Contohnya, ungkap dia, adalah klaim mengenai pendidikan gratis 12 tahun. Fakta dan data di lapangan justeru menunjukkan bahwa biaya pendidikan khususnya sumbangan gedung, buku, dan lain-lain memberatkan masyarakat.Semoga ini tak terjadi ditempat kita.
Itinya kita kalau ingin lebih baik "Harus memilih dengan akal sehat," tak hanya karena janji yang belum tentu bisa ditepati.