Senin, 10 Oktober 2011

KATA-KATA BIJAK NABI MUHAMMAD

Jauhilah dengki, karena dengki memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.

Yang terbaik di antara kalian adalah mereka yang berakhlak paling mulia.

Makanlah Sebelum Lapar dan Berhentilah Sebelum Kenyang.

Tiga sifat manusia yang merusak adalah, kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan.

Pahlawan bukanlah orang yang berani meletakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah.

Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian.

Cinta kepada Allah adalah puncaknya cinta. Lembahnya cinta adalah cinta kepada sesama.

Keluhuran budi pekerti akan tampak pada ucapan dan tindakan.

Orang yang berjiwa besar teguh pendiriannya, tetapi tidak keras kepala.

Ulurkan cintamu karena Tuhanmu dan tariklah cintamu karena Tuhanmu, anda tentu tak akan kecewa.

Cinta indah seperti bertepuk dua tangan, tak akan indah jika hanya sebelah saja.

Naluri berbicara kita akan mencintai yang memuja kita, tetapi tidak selalu mencintai yang kita puja.

Seseorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan orang pesimis melihat malapetaka dalam setiap kesempatan.

Ingatlah, boleh jadi manusia itu mencintai sesuatu yang membahayakan dirinya atau membenci sesuatu yang bermanfaat baginya. Mohonlah petunjuk-Nya.

Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan orang yang hanya membenarkan kata-kata anda.

Bekerja atas dorongan cinta akan terasa senang tiada jemu dan lelah.

Orang besar menempuh jalan kearah tujuan melalui rintangan dan kesukaran yang hebat.

Berbuat baiklah kepada orang lain seperti berbuat baik kepada diri sendiri.

Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna tetapi orang yang mengambil sebaik-baiknya dari otak yang tidak sempurna.

Memperbaiki diri adalah alat yang ampuh untuk memperbaiki orang lain.

Jika seseorang tidak mencintai anda janganlah dia anda benci, karena mungkin akan tumbuh benih cinta kembali.

Cinta akan menggilas setiap orang yang mengikuti geraknya, tetapi tanpa gilasan cinta, hidup tiada terasa indah.

Bukan kecerdasan anda, melainkan sikap andalah yang yang akan mengangkat anda dalam kehidupan.

Perjuangan seseorang akan banyak berarti jika mulai dari diri sendiri.

Jika rasa cinta terbalas, maka bersyukurlah karena Allah telah memberikan hidup lebih berharga dengan belas Kasih-Nya.

Dalam perkataan, tidak mengapa anda merendahkan diri, tetapi dalam aktivitas tunjukkan kemampuan Anda.

Tegas berbeda jauh dengan kejam. Tegas itu mantap dalam kebijaksana sedangkan kejam itu keras dalam kesewenang-wenangan.

Jika rasa cinta itu tak terbalas maka bersukurlah, karena anda akan dipilihkan Allah yang lebih baik.

Watak keras belum tentu bisa tegas, tetapi lemah lembut tak jarang bisa tegas.

Sifat orang yang berlilmu tinggi adalah merendahkan hati kepada manusia dan takut kepada Tuhan.

Sumber :kaskus.us

MEMAHAMI KONSEP BELAJAR DIPERGURUANG TINGGI



Pada hakikatnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Seseorang menjadi dewasa karena dia telah melewati sebuah proses yang direncanakan maupun tidak direncanakan, ia belajar sesuatu dari berbagai aspek kehidupan baik itu formal maupun nonformal. Dengan belajar seseorang diharapkan menjadi manusia yang sesungguhnya, atau didalam konsep pendidikan Islam dinamakan manusia yang berkepribadian kaffah/insan kamil atau manusia paripurna. Salah satu indikator manusia kaffah selain memiliki kecerdasan adalah memiliki perilaku yang baik (akhlakul karimah), mungkin inilah yang dirasa cukup berat oleh para pendidik karena pada kenyataannya proses belajar belum mampu sepenuhnya mencapai hal tersebut. Berkaca pada pengalaman penulis ketika mengajar di perguruan tinggi, terkadang hakikat belajar itu sering terabaikan karena proses belajar yang sesungguhnya tidak terjadi, cara pandang tentang belajar terkadang salah kaprah, banyak mahasiswa yang menganggap belajar di perguruan tinggi lebih “enak” ketimbang belajar di SMU, perhatikan saja belajar di SMU sangat dituntut untuk mendapatkan nilai tinggi yang sudah ditentukan oleh sistem (ujian nasional), secara otomatis siswa tidak akan lulus jika tidak mencapai nilai yang ditetapkan, maka banyak para siswa yang setelah lulus SMU seperti ‘memecahkan bisul yang sudah masak’ akhirnya penderitaan berakhir!, padahal proses belajar berikutnya akan mereka hadapi dan tentunya lebih berat dan menantang.
Belajar di perguruan tinggi sangat menjungjung kemandirian, mahasiswa dituntut aktif membaca, mencari dan menganalisis sebuah masalah secara komprehensif. Soewarjono (2004) dalam artikelnya mengenai “perilaku belajar diperguruan tinggi” mengatakan bahwa “kemandirian belajar harus dimulai sejak pertama kali mahasiswa memasuki perguruan tinggi”. Seseorang yang terbiasa dicekoki materi ketika belajar di sekolah menengah harus menghadapi situasi belajar yang berbeda ketika memasuki perguruan tinggi yaitu belajar mandiri, alhasil banyak mahasiswa yang keteteran menghadapi situasi ini; di kelas hanya beberapa persen saja yang pro aktif ‘mempergunakan’ dosennya ketika diskusi, banyak mahasiswa yang datang ke kelas hanya duduk, mendengarkan dan mencatat apa yang dikatakan dosen lalu keluar kelas. Hal tersebut merupakan indikator ketidaksiapan mereka memasuki perguruan tinggi, lalu pertanyaannya kenapa mereka seperti itu? apa penyebabnya? dan bagaimana jalan keluarnya?.
Proses pembelajaran yang terjadi pada umumnya adalah seseorang lebih banyak dituntut untuk mendengarkan dari pada aktif atau kreatif, mereka hanya dijadikan obyek dalam belajar hal ini terjadi dari jenjang pendidikan tingkat dasar sampai menengah atas, hampir 12 tahun mereka belajar seperti itu! maka tidak heran ketika memasuki perguruan tinggi mereka tidak siap dengan metode belajar mandiri. Pada dasarnya proses pendidikan itu berkesinambungan artinya proses pendidikan sebelumnya akan memengaruhi proses pendidikan selanjutnya, oleh karenanya konsep “student centre” atau murid merupakan subyek dalam pembelajaran harus benar-benar diterapkan oleh para pendidik disemua jenjang pendidikan karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap cara mereka belajar dijenjang berikutnya. Ketidaksiapan seseorang dalam memasuki perguruan tinggi juga dikarenakan faktor ‘mindset’ atau cara pandang seseorang dalam memaknai belajar. Sedikitnya ada beberapa potensi yang harus dikembangkan dalam proses belajar diantaranya aspek kognitif, menurut Bloom (Djahiri, 1996) aspek tersebut mencakup “hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi”. Dalam hal ini mahasiswa dituntut untuk dapat mengingat, memahami, menganalisis dan menyimpulkan serta menerapkan sebuah teori dalam permasalahan yang sesungguhnya, dengan itu mereka diharapkan menjadi seorang pembelajar aktif, kritis serta reaktif terhadap permasalahan yang ada. Sementara secara afektif yang meliputi “emosi, feeling-minding, cita rasa, kemauan, kecintaan, sikap, sistem nilai serta sistem keyakinan (Djahiri, 2007)”. Itu berarti mahasiswa diharapkan memiliki motivasi atau minat yang tinggi terhadap proses belajar sehingga mereka dapat menghargai proses belajar serta dapat mengintegrasikan nilai-nilai yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Berikutnya aspek psikomotorik dimana mahasiswa dapat mempraktikkan kompetensi atau keahliannya dalam dunia kerja, wirausaha dan kehidupan bermasyarakat. Proses belajar seperti ini harus didukung oleh seluruh stakeholder kampus khususnya dosen yang bertindak sebagai pembimbing, patner, serta motivator bagi seluruh mahasiswanya. Mudah-mudahan dengan kesiapan mahasiswa dalam memasuki dunia belajar diperguruan tinggi memiliki korelasi terhadap kesiapan mereka dalam menghadapi situasi jaman yang lebih kompleks serta terasa lebih berat ini. Amin.

Dede Rohaniawati M.Pd.
Dosen STAIN Kerinci
deologi_84[at]yahoo.co.id