Jumat, 01 April 2011

~ RENUNGAN JELANG UAS ~

Tugas utama guru yaitu pengajar dan pendidik. Tugas guru sebagai pengajar yaitu menstranfer ilmu kepada peserta didik. Tugas kedua sebagai pendidik yaitu mempersiapkan peserta didik memiliki nilai-nilai hidup misalnya :
Membentuk karakter atau kepribadian siswa yang trampil, beriman, bertaqwa, berbudi, mandiri, dan percaya diri.
Apabila guru mampu menjalankan kedua tugas itu secara baik dan benar, maka guru tersebut mampu mempersiapkan para siswanya menghadapi perang di penghujung sekolahnya yaitu Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN).

Suatu kenyataan bahwa guru lupa dengan tugas kedua yaitu sebagai pendidik. Setidaknya guru sangat dominan sekali sebagai pengajar saja, sehingga memunculkan sikap siswa merasa takut, cemas atau khawatir dalam melaksanakan UASBN. Terlebih lagi para siswa yang mengalami fobia matematika. Ketakutan, kecemasan, atau kekhawatiran memang ada.
Kita pun cemas dan malu sebagai guru apabila ada siswanya yang gagal menghadapi UASBN. Perlu digaris bawahi bahwa perasaan – perasaan itu sendiri sebenarnya lebih menakutkan dari pada kenyataan atau keadaan yang dihadapi. Tidak salah kita takut, cemas, khawatir, tetapi kita harus mengatasinya. Kalau tidak maka hidup kita sebagai guru akan menemukan hambatan.

Strategi untuk menghadapi UASBN pun telah dipersiapkan dengan seksama oleh lembaga sekolah. Diantaranya dengan mengadakan tambahan jam pelajaran dan diadakannya uji coba atau try out kurang lebih empat kali. Sedangkan strategi agar siswanya dapat lulus semua juga dilakukan dengan memberi otonomi atau kebebasan sekolah untuk menentukan standar kelulusan ( SKL ).
Kini telah berlangsung try out. Hasil try out agak melegakan karena beberapa siswa yang lemah telah diketahui dengan pasti, sehingga dapat dilakukan pendampingan dan pendidikan secara dini. Strategi yang perlu dilakukan ialah membuat catatan guru untuk siswa tersebut.
Beri pelayanan, cara pendampingan, dan penanganan secara khusus. Namun bukan berarti meninggalkan siswa yang yang tidak lemah apalagi mengkotak-kotakan siswa, karena hal itu justru membuat para siswa semakin tidak percaya diri.

Banyak hal yang perlu dilakukan oleh para guru setelah mengetahui beberapa siswa yang lemah, gelisah, dan khawatir. Setidaknya perlakuan kepada para siswa berikut ini perlu diperhatikan untuk mengatasi berbagai kemungkinan perasaan yang merugikan.
Ibarat kalah sebelum berperang (UASBN).
Pertama, berikan masukan-masukan positif kepada para siswa. Berarti hindari masukan negatif laksana memasukan sampah ke dalam pikiran anak.
"SEMOGA KITA MAMPU MENGANTARKAN ANAK DIDIK KITA KEJENJANG BERIKUTNYA DENGAN BAIK "


Tidak ada komentar:

Posting Komentar