Sabtu, 21 Mei 2011

Kesulitan Belajar Murid Sekolah Dasar

 
Pendidikan, sesungguhnya bukan merupakan tanggung jawab pemerintah semata. Akan tetapi, merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemerintah, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian upaya-upaya untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi dapat terealisasi dengan baik pula.
Dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, ternyata banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para pendidik, salah satu diantaranya adalah kesulitan belajar bagi para murid. Masing-masing individu murid memiliki perbedaan perbedaan yang cukup mendasar, baik dalam aspek minat, bakat, maupun kemampuannya. Dengan demikian tidak mengherankan jika dalam suatu kelas ada murid-murid yang demikian menonjol prestasi belajarnya, ada yang tergolong sedang, dan ada pula yang tergolong rendah atau sangat rendah. Kelompok murid-murid yang terakhir tersebut dapat diindikasikan sebagai murid-murid yang mengalami kesulitan belajar yang cukup serius, dalam arti perlu adanya penanganan secara terencana, terpadu dan berkesinambungan.
Berbicara tentang kesulitan belajar itu sendiri, sesungguhnya masih dapat dipilah-pilah menjadi beberapa bagian. Dalam hal ini, ada murid-murid yang mengalami kesulitan belajar untuk mata pelajaran tertentu, ada yang kesulitan belajar untuk beberapa mata pelajaran. Jika kita cermati, sekecil apapun kesulitan belajar yang dihadapi murid-murid, tetap merupakan permasahalan yang serius, minimal akan menjadi batu sandungan dalam upaya kualitas pendidikan. Kita menyadari sepenuhnya, bahwa pendidikan dasar merupakan fondasi bagi pendidikan selanjutnya. Jika fondasinya keropos, maka kita dapat membayangkan apa yang akan terjadi ketika anak yang bersangkutan mengikuti jenjang berikutnya. Oleh karena itu, sebagai pendidik atau guru, khususnya di sekolah dasar, kita perlu mengenali murid-murid yang mengalami kesulitan belajar dan sekaligus mencari solusi yang tepat, agar murid-murid yang bersangkutan dapat meningkatkan prestasi belajarnya dimasa yang akan datang. Kesulitan belajar yang dialami oleh murid-murid pada dasarnya disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal
Faktor internal yakni penyebab yang berasal dari diri murid itu sendiri. Misalnya, kemalasan, kurangnya motivasi untuk belajar, kurang gizi, mengalami kelainan mental dan sebagainya. Implikasi dari faktor penyebab yang beragam tersebut memerlukan upaya pemecahan yang berbeda-beda pula, dan ini merupakan pekerjaan rutinitas dari para guru yang notabene memiliki peran ganda, yakni sebagai pengajar, pendidik, pembimbing, pelatih dan sekaligus sebagai orang tua pengganti.
Setiap murid meimiliki bakat, minat, dan kemampuan intelektual yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Mengenai bakat dan kemampuan intelektual itu sendiri sesungguhnya merupakan faktor bawaan, atau sudah ada pada diri anak yang bersangkutan sejak lahir. Sedangkan minat dapat dikatagorikan sebagai faktor bawaan, akan tetapi dapat pula terjadi karena adanya pengaruh dari luar yang sifatnya lebih dominan. Kemampuan intelektual tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar pada murid-murid. Semakin tinggi kemampuan intelektualnya, semakin besar pula peluangnya dalam upaya pencapaian prestasi belajar. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelektualnya, maka semakin kecil kemungkinan untuk mencapai prestasi belajar. Anak-anak bersangkutan, cenderung mengalami kesulitan belajar untuk semua materi pelajaran yang disajikan guru di kelas, terutama ketika anak yang bersangkutan duduk di kelas-kelas yang lebih tinggi, Karena materi pelajaran yang disajikan semakin kompleks. Namun demikian kesulitan belajar tersebut bisa saja terjadi pada anak-anak yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, karena adanya faktor-faktor penyebab lainnya. Tidak berbeda dengan kemampuan intelektual, bakat dan minat juga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar pada anak-anak yang bersangkutan. Sebagai gambaran, jika seseorang memiliki bakat atau minat terhadap mata pelajaran Matematika misalnya, maka anak yang bersangkutan cenderung akan memiliki prestasi yang tinggi dalam bidang yang bersangkutan. Sebaliknya, jika anak tersebut tidak memiliki bakat atau minat, maka ia cenderung akan mengalami kesulitan belajar.
Satu hal yang perlu dicermati dalam hal ini adalah yang berkaitan dengan kelainan yang dialami oleh murid-murid, misalnya kurang pendengaran, kurang penglihatan maupun lambat belajar. Kelainan yang masih dalam taraf ringan biasanaya sulit terdeteksi oleh para guru di Sekolah Dasar pada umumnya, mengingat bahwa anak-anak yang bersangkutan secara sepintas tidak berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Akan tetapi apabila tidak mendapatkan perhatian secara khusus, maka anak-anak yang bersangkutan akan mengalami hambatan dalam menerima informasi yang disampaikan oleh gurunya.

Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang menyebabkannya antara lain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan sosialnya. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dan utama untuk masing-masing anak sebelum mengenal dunia luar atau masyarakat di sekelilingnya. Oleh karena itu, keluarga mempunyai peranan yang cukup besar terhadap keberhasilan pendidikan anak yang bersangkutan. Dalam kaitan ini, apabila pihak keluarga kurang menaruh perhatian, kurang memberikan dukungan, bimbingan maupun motivasi, maka anak yang bersangkutan cenderung akan mengalami kesulitan belajar. Lebih-lebih jika orang tua memanfaatkan anaknya untuk mencari nafkah. Jelas anak-anak yang bersangkutan tidak memiliki waktu untuk belajar.
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan sosial yang kedua setelah lingkungan keluarga. Disini anak-anak ditempa, digembleng, dibina dan dibimbing agar pada gilirannya kelak menjadi manusia-manusia yang berguna bagi nusa, bangsa dan Negara. Minimal berguna bagi dirinya sendiri maupun kelurganya. Dengan demikian lingkungan sekolah dapat dikatagorikan sebagai faktor yang paling dominan dan sangat menetukan terhadap keberhasilan upaya-upaya pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Sekolah dalam hal ini bukan hanya sosok gedung yang berdiri dengan anggun, tetapi termasuk di dalamnya faktor ketenagaan, sarana, prasarana, bahan belajar dan kelengkapannya, program pendidikan, manajemen dan sebagainya. Dari segi ketenagan misalnya, apabila para guru tidak mempunyai kemampuan professional maka tidak mengherankan apabila murid-murid tampak loyo, kurang bergairah dan sebagainya. Guru harus bisa bersaing dengan segala kesenangan anak di luar sekolah. Proses belajar mengajar harus menarik, menumbuhkan minat dan motivasi anak. Karena pengaruh diluar sekolah sudah sangat mempengaruhi dan menguasai anak. Permainan anak sekarang sudah bermacam-macam dan serba elektronik dan acara TV untuk anak sudah bercerita tentang masa depan. Semuanya itu setiap saat bisa mempengaruhi konsentrasi anak untuk belajar. Bagaimana mungkin pendidikan akan berhasil apabila gurunya tidak professional.
Lingkungan masyarakat termasuk lingkungan sosial anak merupakan salah satu penyebab timbulnya kesulitan belajar bagi anak-anak yang bersangkutan. Dalam konteks ini, jika anak-anak bergaul dengan anak-anak yang tidak bersekolah, maka motivasi belajarnya cenderung kurang menguntungkan. Dengan demikian, tidak mustahil jika anak-anak yang bersangkutan mengalami kesulitan belajar. Selain teman bergaul, masyarakat di sekitarnya juga memiliki peranan penting terhadap motivasi belajar anak-anak. Sebagai gambaran, apabila anak berada di lingkungan industri yang banyak memanfaatkan tenaga di bawah umur misalnya, maka cepat atau lambat anak yang bersangkutan akan tergiur untuk mendapatkan upah dari pekerjaan kasar yang diiming-imingkan oleh pihak perusahaan yang bersangkutan. Selain itu, lingkungan bermain anak juga mempunyai pengaruh yang cukup besar. Apabila teman-teman bermainnya rata-rata tidak bersekolah atau drop out dari sekolah, maka motivasi belajarnya kian lama kian menurun. Satu hal lagi yang perlu dicermati, yakni kian maraknya acara tayangan TV maupun permainan elektronik seperti halnya Play station, Game online dan sejenisnya, merupakan faktor penyebab menurunnya motivasi untuk belajar. Sebagai akibatnya anak akan lamban menerima pelajaran dari guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar